Senjata Seorang Sejarawan

Oleh Dian Kurnia

Sejarah merupakan kata yang berasal dari beberapa istilah bahasa. Dalam bahasa Inggris, sejarah berarti history. Dalam bahasa Arab, sejarah berasal dari kata syajaratun yang berarti pohon. Dalam beberapa literature Metodologi Penelitian Sejarah, para sejarawan sepakat akan satu definisi dari kata sejarah, menurut mereka sejarah adalah kajian ilmu sosial mengenai manusia dalam dimensi ruang dan waktu. Setiap kejadian di muka bumi ini yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sekitarnya, bisa di sebut dengan sejarah. Secara keseluruhan, setiap aspek dalam kehidupan ini tidak akan pernah terlepas dari kajian sejarah. Sejarah adalah sebuah realitas umat manusia yang paling jujur, paling berani, dan tidak bisa di manipulasi dan didistorsikan oleh para perusak sejarah. Ketika hendak membicarakan sebuah tempat, kita akan memulainya dengan sejarah awal berdirinya atau terbentuknya tempat tersebut. Setelah itu baru akan kita tanyakan mengenai aspek lainnya. Ketika hendak membicarakan suatu disiplin ilmu, kita akan mengkaji terlebih dahulu permasalahan sabab musabab atau awal mula adanya ilmu tersebut. Ini merupakan sejarah, yakni pembahasan manusia dan lingkungannya dalam dimensi ruang dan waktu.

Ketika saya memulai studi di jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN SGD Bandung, saya tidak mengerti akan subtansi sederhana dari sejarah. Kebingungan dan ketidaktahuan yang saya rasakan akan subtansi sederhana dari bidang yang akan saya pelajari ini menimbulkan suatu perasaan tersendiri dalam benak dan pikiran saya. Saya merasa memiliki keinginan untuk menjadi seorang sejarawan professional yang bisa mengetahui dan menjelaskan setiap latar belakang suatu tempat, peristwa, tokoh, dlsb. Keinginan yang besar itu akhirnya mendorong saya untuk belajar secara baik dan benar. Buku-buku sejarah dan metodologinya saya kumpulkan, baik itu dari pinjaman ataupun membelinya secara langsung.

Seorang sejarawan itu bekerja dengan menggunakan fakta-fakta yang sebenarnya. Mereka berjalan dengan data yang kredibel. Bertutur dengan argument yang kuat akan penjelasannya. Semua tindakan seorang sejarawan adalah untuk memperlihatkan suatu kerusakan cerita atau peristiwa di masa lampau yang telah memberikan pemahaman yang salah. Kita bisa melihat contoh dari peristiwa Gestapu 1965. Gerakan yang dilancarkan oleh komplotan pemberontak PKI ini telah menjadikan rezim ORBA alm. Soeharto sebagai pahlawan nasional Indonesia. Beratus-ratus judul buku tentang kepiawaan rezim ORBA ini dalam memberantas gerakan PKI di besar-besarkan secara tidak konsisten. Pembunuhan karakter pun terjadi dalam peristiwa ini. Seorang tokoh besar “the great man” yang juga merupakan sang Proklamator kemerdekaan RI 1945, Ir. Soekarno di khianati oleh para pejabat internal pada masa kepemimpinannya. SUPERSEMAR sebagai sebuah distorsisasi kegagalan kekuasaan Orde Lama, merupakan satu dari sekian banyaknya kebohongan public yang di gencarkan oleh rezim saat itu.

Seorang sejarawan akan membeberkan distorsi cerita tersebut dengan menggunakan data dan fakta outentik dari sumber yang kredibel secara sistematis dan penuh dengan tanggungjawab internal. Dari satu data dan fakta, seorang sejarawan akan mengujinya dengan berlapis-lapis kritikan. Dalam tahapan penelitian yang dilakukan oleh seorang sejarawan, saya sendiri pernah melakukannya secara sederhana dalam objek yang sederhana pula. Kompleksitas pengujian akan keabsahan suatu data dan fakta harus benar-benar teruji dengan benar. Kiritk internal dan eksternal harus dilalui dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab tanpa membawa kepentingan golongan. Hal ini adalah salah satu kelebihan seorang sejarawan, yakni professionalitas kerja. Dalam tindakan pengujian data dan fakta, internalisasi kritik dan eksternalisasi kritik dilakukan oleh beberapa subjek atau pelaku. Setelah berhasil didapatkan apa yang hendak dipakai dan dijadikan bahan dalam produk sejarah, maka dilakukanlah pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi serta penguasaan disiplin ilmu yang tinggi pula. Kerjaan ini adalah menyangkut penafsiran atau pemaknaan dari data dan fakta yang telah diproses lewat kritikan. Benar saja, salah satu dosen sejarah di jurusan saya pernah berkata, “sejarah itu induk dari segala ilmu, karena semuanya berporos dan bergantung pada ilmu sejarah”.

Setelah pengujian selesai dilakukan dan pemaknaan atau penafsiran rempungkan, maka selanjutnya adalah pekerjaan akhir dalam metode kerja seorang sejarawan, yakni proses penulisan atau historiografi. Tahap ini adalah bagian terakhir dari metode kerja sejarawan. Historiografi secara subtansial dikenal dengan istilah sejarah sebagai seni atau history as art. Seorang sejarawan dituntut untuk mengeluarkan bakat seni dalam dirinya untuk digunakan dalam historiografi. Bagus tidaknya hasil produksi sejarah sangatlah ditentukan dari faktor ini. Ada berbagai macam buku dan tulisan tentang satu tema yang sama tentang sejarah, tetapi terdapat banyak perbedaan apresiasi dan tanggapan yang diluncurkan dari semua pembaca di luar. Inilah tuntutan kerja seorang pekerja sejarah dalam merealisasikan ide dan gagasan zaman ke dalam sebuah kenyataan tulis yang selanjutnya dijadikan sebagai senjata dalam memerangi dan melumpuhkan para penjahat birokrasi yang berkeliaran tanpa malu.

Wallahu’alam

About diankurniaa

Dian Kurnia. Blogger; Penulis Lepas di koran lokal dan nasional; Mahasiswa Sejarah UIN SGD Bandung.
This entry was posted in Sejarah, Umum and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

3 Responses to Senjata Seorang Sejarawan

  1. Pingback: Bojonegoro Siap Pelopori Pembentukan PSSI Tandingan :: Gosip Artis Hari Ini | Gosip Artis Terkini | Gosip Artis Terbaru

  2. Pingback: Latest Indonesia Bola Sepak Raga Olah News :: Gosip Artis Hari Ini | Gosip Artis Terkini | Gosip Artis Terbaru

  3. nolzz says:

    learning history is………..cz it makes me sleepy!!emmmm
    huk huk

Leave a comment