Metodologi Sejarah: Teknik Verifikasi Sumber

Oleh: Dian Kurnia

Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.

Realitas manusia dalam dimensi waktu selalu memberikan sisi misteriusnya yang sulit untuk dijelaskan secara ilmiah. Aspek pemikiran manusia dalam hal inovasi memang terus mengalami perkembangan yang signifikan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong lahirnya gerak sejarah. Munculnya sebuah peradaban dalam realitas historis telah membantu kehidupan manusia masa kini, dan bahkan, di masa depan. Sejarah dijadikan sebagai sebuah alur pijakan dalam merevitalisasi setiap aspek internal dalam struktur sosial umat manusia.

Prof. Dr. Djoko Soerjo, M.A. (Guru Besar Sejarah di Universitas Gajah Mada dan dosen luar bisaa di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) menyatakan bahwa sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yaitu merekonstruksi apa saja yang sudah dipikirkan, dikerjakan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh seseorang. Namun, perlu ditegaskan bahwa membangun kembali masa lalu bukanlah untuk kepentingan masa lalu itu sendiri. Sejarah memiliki kepentingan masa kini dan, bahkan, untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu, orang tidak akan belajar dan mengkaji sejarah kalau tidak ada gunanya bagi kehidupan, dan kenyataannya, sejarah terus menerus dituliskan di setiap peradaban dan sepanjang waktu. Hal ini sebenarnya cukup bisa membuktikan bahwa sejarah itu adalah sangat diperlukan. (Nor Huda, 2007: 13)

Hal inilah yang menjadi dasar dari perlunya mempelajari dan merealisasikan nilai moral (morality value) dalam kisah sejarah di masa lampau. Eksistensi sebuah peradaban memiliki beragam budaya dan nilai yang reflektif. Menurut Sartono Kartodirdjo (1993: 14), sejarah dalam arti subjektif merupakan sebuah konstruk, yakni bangunan yang disusun oleh penulis sejarah sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik aspek proses maupun aspek struktur daripada sejarah itu sendiri. Kesatuan koheren inilah yang menimbulkan keutuhan bangunan sejarah. Sejarah adalah konstruksi yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur determinan dalam aspek kausalitas sejarah selalu mendapat dukungan dari formal causa dan final causa. Sejarawan selalu bekerja dengan dokumen, yakni data dan fakta yang sifatnya valid. Tidak ada dokumen berarti tidak ada sejarawan, dan selanjutnya tidak ada sejarah sebagai satu kesatuan yang utuh. Value atau nilai sangat bergantung dari dokumen yang digunakan oleh seorang peneliti sejarah.

Sejak ilmu diplomatik diciptakan oleh Mabillon (1632 – 1707), pemakaian dokumen sebagai sumber sejarah mulai memerlukan kritik ekstern dan kritik intern. Kritik secara ekstern memiliki orientasi aspek otentisitas sumber sejarah. Apakah sumber yang digunakan otentik atau tidak, yaitu kenyataan identitasnya, bukan tiruan atau palsu. Aktualisasi kritik ini dilakukan secara analitik, mendalam, dan penuh ketelitian. Aspek inilah yang memiliki hubungan erat dengan kualitas seorang sejarawan dalam mengaktualisasikan fakta sejarah dalam persfektif kontemporer. Kritik intern memiliki orientasi atas kredibilitas, yakni bisa dipercayakah sumber, isi dokumen, fakta-fakta, dan pernyataannya. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi penulis, dari hal sifat dan wataknya, daya ingat, jauh dekatnya dengan peristiwa dalam dimensi waktu, dan lain sebagainya.

Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya terkumpul, tahap berikutnya yang dilakukan adalah verifikasi atau lazim disebut dengan kritik. Tujuannya adalah untuk memperoleh keabsahan sumber sejarah yang kita dapatkan pada tahap heuristik (Dudung Abdurahman, 1999: 58). Dalam hal ini juga harus diuji keabsahan tentang keaslian (otentisitas) dan kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik ekstern dan kritik intern.

Mengenai hal ini, Dudung Abdurahman (1999: 59), menjelaskan teknik verifikasi atau kritik menyangkut aspek keaslian sumber (otentisitas) sejarah. Menurutnya, otentisitas suatu sumber sejarah minimal dapat diuji berdasarkan lima pertanyaan pokok sebagai berikut:

1)             Kapan sumber itu dibuat? Peneliti harus menemukan tanggal pembuatan dokumen yang dijadikan sumber penulisan sejarah.

2)             Di mana sumber itu dibuat? Peneliti harus mengetahui asal usul dan lokasi pembuatan sumber yang dapat menciptakan keasliannya.

3)             Siapa yang membuat? Hal ini mengharuskan adanya penyelidikan atas kepengarangan. Jadi setelah diketahui siapa pengarang dari suatu dokumen, peneliti sejarah berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap pengarang mengenai sikap, watak, pendidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan sumber dokumen yang ia ciptakan tentang satu peristiwa sejarah di masa lampau yang langsung berhubungan dengan dirinya.

4)             Dari bahan apa sumber itu dibuat? Untuk hal ini analisis terhadap bahan atau materi yang berlaku pada zaman tertentu bisa menunjukan otentisitas. Beberapa pertimbangan yang dapat dipakai untuk menguji keaslian bahan dokumen, misalnya, kertas masih jarang ditemukan sebelum abad ke-15, dan percetakan tidak dikenal; potlot masih sulit ditemukan pada sebelum abad ke-16; dan kertas (India) baru ada pada akhir abad ke-19 (Gottschalk, 1983: 82).

5)             Apakah sumber itu dalam bentuk asli? Peneliti sejarah menguji mengenai integritas sumber sejarah. Kecacadan sumber sejarah dimungkinkan terjadi pada bagian-bagian dokumen atau keseluruhannya, yang disebabkan oleh usaha sengaja untuk memalsukan atau kesalahan disengaja oleh seseorang atau kelompok tertentu. Dalam banyak hal teks asli dapat direstorasi secara mendekati atau secara lengkap. Dalam pada itu pula peneliti sejarah harus berusaha untuk menetapkan kopi mana yang paling mendekati dokumen asli dalam aspek waktunya.

Selain menyangkut keaslian sumber sejarah (otentisitas), kritik juga menyinggung persoalan kesahihan dari satu sumber sejarah (kredibilitas). Sebagaimana mengutip pernyataan Gilbert J. Garraghan, dalam Dudung Abdurahman (1999: 61), ia menyatakan bahwa kekeliruan saksi sejarah yang menyangkut sahih tidaknya suatu sumber sejarah ditumbulkan oleh dua faktor utama: Pertama, kekeliruan dalam sumber informasi yang terjadi dalam usaha menjelaskan, menginterpretasikan, atau menarik kesimpulan dari suatu sumber. Kedua, kekeliruan dalam sumber formal. Penyebabnya adalah kekeliruan yang disengaja terhadap kesaksian yang pada mulanya penuh kepercayaan; detail kesaksian tidak dapat dipercaya; dan para saksi terbukti tidak mampu menyampaikan kesaksiannya secara sehat, cermat, dan jujur (Garraghan, 1957: 232).

***

Dalam sebuah perkuliahan di kelas, dosen metodologi penelitian sejarah mengemukakan mengenai pentingnya teori dan metodologi dalam  pendekatan kajian sejarah. Beliau mengatakan bahwa sejarah dalam artian yang sesungguhnya akan memiliki arti penting sebagai pijakan hidup bila dikaji melalui beberapa pendekatan. Dengan menggunakan teori dan metodologi, seorang sejarawan akan menghasilkan jenis sejarah baru (cabang sejarah). Kita tentunya mengenal sejarah sosial, sejarah ekonomi, sejarah kota, sejarah revolusi, dlsb. Inilah produk kreatif ketika teori dan metodologi dipergunakan dalam pengkajian peristiwa sejarah. Proses aktualisasi internal peristiwa sejarah di masa lampau dilakukan melalui beberapa pendekatan, dalam hal ini adalah pendekatan dalam teori dan metodologinya.[] Wallahu’alam

Dari berbagai sumber

About diankurniaa

Dian Kurnia. Blogger; Penulis Lepas di koran lokal dan nasional; Mahasiswa Sejarah UIN SGD Bandung.
This entry was posted in Sejarah and tagged , , , . Bookmark the permalink.

2 Responses to Metodologi Sejarah: Teknik Verifikasi Sumber

  1. malayin imudt imudt says:

    tlg ksih info ttg buku rujukannya…maksih

Leave a comment