KASAD: Waspadai Ideologi Komunis Gaya Baru

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo mengatakan, berbicara tentang komunis, kita sepakat bahwa ideologi komunis merupakan bahaya laten yang harus terus diwaspadai, yang dalam sejarahnya telah menorehkan tinta hitam dan sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut dikatakan pada Seminar kesejarahan 2009 yang diselenggarakan oleh Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat” di Museum A.H. Nasution Jl. Tengku Umar No. 40 Jakarta Pusat, Rabu (30/9).

Lebih lanjut Kasad mengatakan, sejarah mengajarkan betapa kejamnya kaum komunis terhadap mereka yang tidak sepaham, baik pengkhianatan PKI di Madiun tahun 1948 maupun pemberontakan Gerakan 30 September PKI di Jakarta tahun 1965. Sebagai fakta sejarah, dua peristiwa itu, adalah noktah-noktah hitam historisitas kita sebagai bangsa. Keduanya selalu jadi bahan ingatan agar tidak terjadi lagi di masa depan.

Dalam konteks itu, perlu memahami mengapa akhir-akhir ini dimunculkan isu Organisasi Tanpa Bentuk (OTB). Selain mengingatkan kita tentang “noktah-noktah hitam” di masa lalu, kita disadarkan tentang kegunaan sejarah. Sejarah mendidik kita untuk bertindak bijaksana.

Peristiwa sejarah memang bisa menimbulkan kontroversi dan penafsiran yang subyektif dari berbagai kalangan, khususnya bagi para penulisnya. Menurut sejarawan Taufik Abdullah dari LIPI, perdebatan mengenai sejarah adalah hal yang lumrah. Apalagi terhadap peristiwa penting seperti pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 dan G 30 S/PKI di Jakarta tahun 1965. Kebengisan dan kekejaman kedua peristiwa besar itu sudah menjadi trauma bagi bangsa Indonesia. Sangatlah wajar, jika peristiwa kekejaman tersebut harus selalu diingatkan. Sudah seharusnya kalau kita kemudian tersen-tak ketika ada isu-isu upaya memutar-balikkan sejarah.

Peristiwa Madiun, bukan hanya pemberontakan tetapi pengkhianatan PKI, bukan hanya memberontak tetapi mengkhianati perjuangan bangsa, karena waktu itu bangsa Indonesia sedang menghadapi penjajah yang ingin kembali ke Indonesia. Peristiwa itu berulang kembali pada tahun 1965, dengan korban ribuan manusia, di antaranya tujuh Pahlawan Revolusi sebagai bukti kekejaman dan kebengisan PKI. Kedua pengkhianatan PKI itulah yang paling traumatis, yang menorehkan noktah paling hitam, paling dalam, dan paling berdampak besar dan lama hingga sekarang. Dikatakan, Upaya pembelokan sejarah Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia semakin gencar dengan munculnya beragam versi dan peristiwa yang berpotensi membingungkan masyarakat.

Upaya mengubah sejarah G 30 S/PKI dengan memposisikan PKI sebagai korban dan bukannya pelaku atau dalang kini terus berlanjut dan semakin intensif, seperti munculnya buku pelajaran sejarah yang tidak mencantumkan PKI sebagai pelaku dari gerakan pemberontakan pada tanggal 30 September 1965 itu.Modus dari upaya pihak-pihak yang ingin menghapus jejak sejarah itu, dilakukan dengan menimbulkan keraguan di tengah masyarakat, terhadap siapa sebenarnya yang melakukan gerakan pemberontakan pada tahun 1965 itu.

Oleh karena itu, apabila ada kelompok atau golongan tertentu yang secara sistematis ingin mengkaburkan peristiwa tersebut, sudah barang tentu menjadi kewajiban kita bersama untuk mengembalikan kepada peristiwa yang sebenarnya terjadi secara faktual. Memang sangat sulit untuk mendeteksi gerakan mereka secara kasat mata, karena mereka berada disekeliling kita, bahkan mereka telah membaur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun apabila kita cermati dari cara-cara yang mereka lakukan, baik berbentuk penyampaian gagasan, ide, cara bertindak dan lain sebagainya bahkan secara terbuka membuat pengakuan kebanggaannya melalui tulisan, maka semakin meyakinkan kita bahwa mereka telah membentuk diri menjadi Komunis Gaya Baru.

Untuk mengetahui indikator-indikator gerakan Komunis Gaya Baru dan langkah-langkah apa yang mesti kita tempuh, maka melalui seminar sejarah ini diharapkan dapat membedah persoalan tersebut dan dapat dirumuskan solusi yang tepat, untuk dijadikan sebagai senjata dalam rangka melawan gerakan mereka, sehingga sejarah kelam di masa lampau yang sempat menghiasi negeri ini tidak perlu terulang dan terjadi lagi. (Dispenad)

Oleh : Asep Kusman (30-Sep-2009, 14:22:48WIB)

About diankurniaa

Dian Kurnia. Blogger; Penulis Lepas di koran lokal dan nasional; Mahasiswa Sejarah UIN SGD Bandung.
This entry was posted in Aliran Sesat, Gerakan, Militer, Sejarah and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment